Pertama kali mendengar namanya, saya sangat penasaran. Apakah hutan wisata ini berisi sedemikian banyak kucing? Atau apa karena kucing begitu dimuliakan di sini? Dan setelah berkunjung, saya malah tidak melihat satu ekor pun kucing. Bau kucing aja gak ada. Apalagi penampakannya. Lalu mengapa hutan wisata ini diberi nama mata kucing?
Sejarah Hutan Wisata Mata Kucing
Rupanya oh rupanya ini berkaitan dengan peristiwa di masa lalu. Konon, hutan ini dulunya hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. Orang-orang yang melintas seringkali melihat kilatan cahaya yang mengintai ketika mereka melalui hutan tersebut. Kilatan cahaya itu layaknya mata harimau yang mengawasi dan siap menerkam. Tapi dikarenakan adat setempat pantang menyebut kata harimau, maka diberikan penghalusan dengan kata mata kucing. Lambat laun, orang-orangpun menyebut hutan ini sebagai hutan mata kucing. Setelah dialihfungsikan menjadi hutan wisata, nama mata kucing tetap disematkan dan hingga kini jadilah hutan wisata mata kucing.
Seperti namanya, hutan ini mengajak kita untuk berwisata sekaligus. Wisata yang ditawarkan cukup beragam. Ada mini zoo, kolam renang, telaga, flying fox, bike zipline, taman bermain, jembatan gantung dan tentu saja hutan itu sendiri.
Kondisi Terkini Hutan Wisata Mata Kucing
Kami berkunjung ke sini beberapa hari yang lalu. Dan hasil kunjugan kami menyimpulkan jika beberapa wisata yang ada tidak layak kunjung. Kondisinya tidak terawat dan sangat memprihatinkan terutama kebun binatangnya.


Binatang yang dipelihara begitu kurus seperti kurang makan. Kotor dan bau tidak terawat sehingga berisiko menularkan berbagai penyakit. Bahkan ada binatang yang tinggal di atas tumpukan sampah! Seperti tiga ekor buaya dewasa yang kami lihat. Nyeseknya lagi, keberadaan sampah-sampah tersebut sepertinya telah lama. Dan petugas terkesan tidak membersihkannya. Setidaknya begitu asumsiku melihat kondisi kebun binatang ini. Padahal ada banyak lho petugas berseragam di sana. Di loket masuk tadi, kami disambut 3 atau 4 orang dengan seragam coklat khas zoo officer. Di dalam lokasi setidaknya saya bertemu 3 orang petugas berbeda yang juga memakai baju seragam. Di telaga ada 2 orang lagi tapi mereka tidak memakai seragam. Jadi saya tidak bisa memastikan mereka petugas atau bukan. Kedua orang tersebut menjual pakan ikan di loket yang bersisian dengan Telaga Namboru.
Di telaga ini ada air mancur buatan dan jembatan gantung berupa seutas tali tambang. Di sekelilingnya terdapat beberapa gazebo yang sepertinya dulu digunakan pengunjung untuk bersantai sambil melihat ikan yang jumlahnya banyak sekali. Ada ikan lele, ikan mujair bahkan ikan Arapaima, ikan buas yang berasal dari perairan sungai Amazon, Brasil.

Namun lagi-lagi kondisinya kini sungguh tidak layak. Beberapa bagian dari gazebo tersebut mengalami kerusakan dan dibiarkan hingga debu yang menempel begitu tebal.
Beranjak dari telaga, kami menyusuri jalan setapak dengan pepohonan lebat di sekelilingnya. Saya melambungkan imajinasi ke masa lalu. Menghadirkan suasana persis sejarah awal hutan wisata mata kucing ini. Saya bergidik sendiri membayangkan kilatan cahaya mata harimau. Hehehe
Jalan setapak yang kami lalui membawa langkah kami terhenti di kandang monyet dan beruang madu. Secara kasat mata, kondisi binatang-binatang ini sama memprihatinkannya.
Ada kejadian menggemaskan ketika saya dan anak-anak mengamati beruang madu lebih dekat. Sekelompok pengunjung memberi makan kepadanya. Sayangnya, makanan tersebut menurut saya tidak cocok. Ya masa’ beruang diberi snack semacam taro dan cheetos? Sama plastik kemasannya lagi. Sumpah gemes banget melihatnya. Mereka seakan sangat menikmatinya jika beruang itu berhasil memakan plastik kemasan snack. Difoto, lalu terbahak-bahak bersama.
Niat hati sangat kuat ingin menegur tapi saya memilih menyampaikan hal tersebut kepada petugas yang berwenang saja untuk menghindari konflik sesama pengunjung. Namun apa daya, petugasnya sendiri membiarkan kejadian itu di depan matanya tanpa tindakan apapun. Tidak dicegah, apalagi dihentikan.
Merasa kesal, sayapun menjauh. Saya mengajak anak-anak ke taman bermain. Ada jungkat jangkit, ayunan, spinning cup yang materialnya didomimasi dari besi lalu di-cat warna warni agar menarik perhatian.
Sedikit bergeser dari taman bermain, kita disuguhkan kolam renang dengan pohon-pohon besar di sekelilingnya. Yes, kolam renang di dalam hutan. Dari jauh pemandangannya cukup indah. Tapi setelah kami mendekat, kolamnya begitu kotor. Entah kapan terakhir kali airnya diganti. Meski begitu, ada juga lho orang yang tetap berenang. Salut!

Tepat di atas kolam renang tersebut, ada flying fox dan wisata kekinian yaitu bike zipline. Keduanyapun kami skip. Takut kecewa tidak bisa digunakan karena sudah rusak atau apalah-apalah jadi kami cukup menikmatinya saja dari jauh.
Lokasi, Jam operasional dan Harga Tiket Masuk
Hutan wisata mata kucing berada di daerah Tanjung Riau, Sekupang. Tepatnya di Jl. Taman Bukit Golf. Tidak sulit menjangkaunya karena berada di pinggir jalan raya. Gapura besar menjadi penanda yang sangat membantu.

Adapun jam operasionalnya, hutan wisata mata kucing buka setiap hari dari pukul 08.00-18.00 dengan HTM Rp 15.000 per orang dewasa dan Rp 10.000 setiap anak yang berusia di atas tiga tahun. Sedangkan biaya parkir sebesar Rp 4.000 untuk kendaraan roda empat dan Rp 2.000 untuk roda dua. Semua biaya tersebut wajib dibayar di loket masuk.
What can I suggest?
Jika saya ditanya apakah wisata ini layak kunjung atau tidak maka saya akan jawab tergantung apa kebutuhannya. Jika semata-mata untuk menikmati hutan, I definetly say yes! Kontur wilayahnya berbukit-bukit dengan jalan setapak yang telah disemen. Menurut saya cocok untuk wadah anak-anak bereksplorasi dengan aman apalagi jika didukung dengan games-games seru seperti mencari “harta karun”, pasti seru!
Tapi jika tujuannya murni untuk berwisata, mungkin lebih baik anda mengunjungi tempat lain.
Kalau saja pihak pengelola lebih care, peluang hutan wisata mata kucing menjadi wisata favorit keluarga sungguh besar. Karena pengunjung dapat menikmati ragam wahana dalam satu lokasi.
Mba ainun udah nyampe sana aja.. Saya 5 tahunan tinggal di Batam belum pernah berkunjung kesana, takut sama nyamuknya hiks
LikeLike
Waahh ternyata banyak nyamuk ya di sana mbak? Aku malah gak ngerasa 😂. Tapi memang tempatnya kurang terawat sih
LikeLike
Pernah penasaran sama tempat ini. Tp setelah lihat foto2nya di maps, pupus sudah rasa penasaran itu. Gak tega lihat hewan-hewannya. Kesannya juga kotor dan gak terawat.
Btw yg jembatan gantung itu masih layak dilewati gak? kl nyebur ke danau yg katanya ada ikan buas itu kan serem amat 😅
LikeLike
Hahaha.. Aku gak berani sih. Tapi ada lho anak sekumpulan anak muda yang meniti jembatan itu. Terus pas di tengah-tengah, teman2nya pada jahilin goyang2in jembatannya. Hahahaha
LikeLike