Dalam bayanganku, kata awkward selalu merujuk kepada hal yang sifatnya lucu tapi memalukan, yang membuat kita canggung dan kikuk. Tema rulis kompakan pekan ini dengan judul seperti di atas, saya akan bercerita tentang pengalaman yang lucu, cenderung memalukan khususnya ketika traveling, diantaranya :
1. Salah orang
Saat itu saya sedang mengantri di sebuah restoran cepat saji di Bandara Internasional Dubai. Antriannya mengular hingga ke pintu masuk. Ternyata di sudut lain, kita bisa memesan melalui mesin otomatis. Tinggal memencet pesanan, membayar dengan kartu debit maupun kredit lalu akan mendapatkan struk. Struk tersebut bisa langsung di bawa ke konter khusus untuk mendapatkan pesanan kita.
Berhubung antrian saya masih lama, saya pun pindah haluan ke mesin otomatis. Alhamdulillah saya berada di antrian ke tiga. Begitu giliran saya tiba, saya bengong karena tidak ada pilihan bahasa Inggris. Semuanya tertulis dalam aksara Arab gundul. Ya Allah, ada tanda bacanya saja saya belum tentu mengerti artinya apalagi ini gundul, mana bisa saya baca. Pantaslah antrian di mesin ini sepi. Hahaha.
Sebenarnya saya sudah frustasi sih untuk beli makanan di sini. Niatnya akan kembali dengan tangan kosong sejak 45 menit yang lalu kutinggalkan anak-anak. Tapi saya membayangkan reaksi anak-anak yang akan tantrum karena sudah kelaparan sejak tadi. Akhirnya saya pun kembali lagi ke antrian sebelumnya. Urutanku makin jauh di belakang.
Karena tidak berhati-hati, saya menabrak seseorang ketika akan berganti line. Makanan dan minumannya jatuh di lantai. Spontan kami berdua pun jadi pusat perhatian. Saya meminta maaf berkali-kali tapi orang yang saya tabrak itu justru tersenyum bahagia dengan mata yang berbinar-binar. Duh, saya merasa canggung sekali. Saya yang salah tapi justru diperlakukan begitu. Dan saya semakin canggung karena lelaki paruh baya tersebut memanggilku Ambrosia. Selanjutnya semua ucapannya tidak ada yang kumengerti. Entah dia berasal dari negara mana. Saya melihat sekeliling. Orang-orang seperti tertawa sembunyi-sembunyi. Untuk segera keluar dari kecanggungan ini, sayapun membantu bapak itu membereskan makanannya yang jatuh lalu menawarkan ganti rugi. Tapi lagi-lagi hanya kata Ambrosia yang ia ucapkan seolah ia memanggilku demikian. Saya mengatakan jika saya bukan Ambrosia. Tapi si bapak tetap saja begitu. Akhirnya saya mengambil langkah seribu. Kabur.
2. Salah kamar
Ini kejadian ketika air bnb dan penginapan ala apartemen belum booming sehingga pilihan akomodasi terbatas hanya di hotel/hostel. Salah kamar di hotel kemungkinanya sangat kecil, apalagi jika hotel berbintang sebab semua pintu biasanya telah diatur sedemikian rupa pengamananya. Begitu pintu ditutup, akan terkunci otomatis. Orang dari luar tidak sembarang bisa masuk jika tidak memegang kunci kamar yang sesuai.
Tapi lain halnya di hostel atau guest house yang kunci kamarnya kebanyakan masih manual. Jika kita hanya menutup pintu dari dalam, tidak menguncinya, orang lain masih bisa membuka pintu dengan leluasa dari luar. Nah, inilah yang saya alami ketika solo traveling di Surabaya.
Waktu itu, saya baru saja pulang berkeliling kota yang panasnya nampol. Mampir di Tunjungan Plaza sekedar membeli minuman dan snack untuk teman yang memilih tinggal di kamar saja alih-alih menikmati atmosfer Kota Pahlawan karena kulitnya yang sensitif tidak kuat dengan cuaca panas di luar. Kami menginap di guest house tak jauh dari sini. Begitu tiba di depan kamar, saya mengetuk seperti biasa lalu langsung saja masuk dengan percaya diri. Dan betapa terkejut karena ada yang ho oh – ho oh di kasur. Mereka berdua sama terkejutnya. Sambil tutup mata, saya berjalan mundur dan kabur secepat mungkin karena sadar jika saya sudah salah kamar.
3. Uniknya kamar mandi di Jepang

Hal ter-awkward lainnya yang pernah saya alami adalah ketika traveling ke Jepang. Belum pernah saya menemukan kloset yang secanggih itu. Klosetnya dipenuhi dengan berbagai tombol demi kenyamanan urusan pertoiletan kita. Ada tombol buka tutup kloset, tombol basuh otomatis baik bagian depan (saat buang air kecil) maupun bagian belakang (saat buang air besar), ada tombol untuk mengipas, ada tombol penghangat bahkan tombol musik untuk menyamarkan berbagai suara ketika sedang buang hajat. Terakhir ada tombol pengharum ruangan sehingga ketika kita keluar dari toilet tidak meninggalkan bau bagi yang akan masuk selanjutnya. High-tech banget deh pokoknya.
Karena penasaran, saya mencoba semua tombol tersebut. Saking menikmatinya, saya lupa jika ini adalah toilet umum di bandara, bukan milik pribadi di kamar hotel. Gak tau diri jika antrian di depan bisa saja sudah panjang menunggu saya keluar. Maklum, saya baru saja touch down di Osaka setelah penerbangan panjang dari Makassar. Mendapatkan layanan toilet sekeren ini, udik saya otomatis kambuh. Hahaha
Lalu awkward moment-nya dimana? Ketika saya dengan sengaja buang angin sekencang-kencangnya, saya malah salah pencet tombol. Yang seharusnya menekan tombol privasi (bunyi air mengalir) atau tombol musik untuk menyamarkan suara, saya malah memencet tombol penghangat. Alhasil, suara kentutnya terdengar nyaring banget karena suasana yang sepi. Saat saya keluar dari toilet, ternyata benar sudah banyak yang mengantri. Orang-orang memandangi saya dengan ekspresi beragam. Duh, rasanya saya ingin memakai jurus menghilang Naruto saat itu juga.
4. Panik di kamar mandi Belanda

Satu lagi pengalaman toilet yang awkward banget menurut saya adalah ketika berada di Amsterdam, Belanda. Toilet di sana memang tidak secanggih di Jepang, tapi juga tidak se-standar di Indonesia. Toiletnya sama persis dengan toilet duduk di negara kita. Bedanya, Belanda tidak memiliki tombol flusher. Kalau cuma buang air kecil sih mungkin gak akan terlalu khawatir karena paling-paling hanya meninggalkan bau pesing. Tapi kalau buang hajat itu yang bikin cemas. Sebab tidak hanya bau yang ditinggalkan tapi juga jejak berwarna.
Untuk urusan toilet, saya memang sudah prepare membawa tissue basah. Sebab kebanyakan toilet di luar negeri memang hanya menggunakan tissue kering untuk membersihkan. Sehingga kita yang terbiasa membasuh dengan air akan terasa kurang nyaman. Nah, tissue basah ini lumayan membantu karena ada kandungan airnya, meski sedikit. Masalahnya kemudian adalah bagaimana menghilangkan jejak berwarna ini agar orang selanjutnya yang masuk ke sini tidak mendapat jackpot. Saya pusing luar biasa mencari tombol flush namun tak kunjung ketemu. Apa iya orang-orang di Belanda sejorok dan secuek ini? pikirku.
Akhirnya saya pun mengambil tindakan bodoh amat setelah pusing mencari-cari. Pikiran jahat saya muncul. Saya akan keluar dari toilet ini dengan muka tebal. Toh tidak ada yang mengenaliku. Meski ya tetap saja ada perasaan bersalah karena sebagai muslim, saya telah memberikan contoh yang buruk di negara orang. Tapi mau bagaimana lagi? Kereta saya sebentar lagi akan tiba. Saya bisa terlambat jika terus berdiam di bilik ini.
Saya sudah ancang-ancang, akan berjalan secepat mungkin begitu keluar untuk menghindari tatapan orang. Dan begitu pintu saya buka, terdengarlah suara air mengalir. Ternyata tombol flush toiletnya adalah ketika membuka pintu kamar mandi dari dalam. Hsshh… Antara lega dan kesel sih. Lega karena saya tidak meninggalkan jejak untuk orang lain. Kesal karena gak tau dari awal sampai saya keringat dingin mencari tombol flush. Shock culture banget pokoknya!
Toilet unik lainnya di Amsterdam ada urilift dan urinal yang tersebar di beberapa tempat umum sebagai toilet emergency sehingga kita tidak perlu ke stasiun untuk urusan ‘pembuangan’. Urilift bisa bergerak ke atas dan ke bawah seperti lift. Dilengkapi dengan pintu geser untuk privacy. Saat tidak digunakan, urilift akan tertanam di bawah tanah. Sedangkan urinal adalah toilet terbuka khusus untuk laki-laki. Jadi yang kebelet pipis, bisa menggunakan urinal. Tentu saja kalau kamu tidak malu. Hihihi
5. Diteriaki petugas di tengah keramaian

Sekali-kalinya saya diteriaki oleh petugas justru ketika saya berada di negara orang, tepatnya di Liverpool, Inggris. Saat itu kami sedang tour ke lapangan sepakbola legendaris : Anfield. Setiap pesert tour akan diberikan audio guide yang menjelaskan semua tempat yang dikunjungi. Pilihan bahasanya ada Bahasa Indonesia lho!
Ketika tiba di puncak tur, yaitu lapangan sepakbola Anfield, saya melewati garis batas kunjungan untuk mengambil gambar agar tampak seluruh bagian inti lapangan ini dalam satu frame. Saya mundur satu tingkatan barisan kursi di stadion. Seorang petugas wanita spontan meneriaki dari jauh sambil mengacungkan tangan ke arahku : “Hi, lady. Go down please!” dan seketika seluruh sorot mata tertuju kepadaku. Seluruh peserta tour yang tadinya sibuk sendiri-sendiri, dalam satu komando mengarahkan pandangan kepadaku. Rasanya langit runtuh seketika. Malu tak terkira. Meski setelah itu orang-orang kembali seperti biasa, tapi tidak dengan saya. Saya masih gemetaran, shock dan kikuk sampai-sampai tidak tau jalan keluar. Saya berjalan ke arah yang salah, mana melewati petugas yang tadi meneriaki lagi. Jadi pelajaran berharga banget. Sejak saat itu, saya makin hati-hati untuk mengambil gambar.
#RumbelMenulisIPBatam #RulisKompakan #KomunitasIPBatam
Aku cuma bisa ketawa sekenceng2nya. hahahahahaha
Kayanya di luar negeri emang kemungkinan awkward momentnya semakin gede yak 😆
LikeLike
Jangan kenceng2 nanti aku malu 🤭😂
LikeLike
Yaampun mba Ai.. Aku sampai kehilangan kata mau komen apa.. Kalau keingat hal2 kayak gitu rasanya mau tutup muka tapi ga tau nutup muka dari siapa ya..wkwk karena udah lewat.
Banyak kisah yg bisa jadi pelajaran buat travelers lainnya ya mba 😁
Aku jadi penasaran Ambrasio itu artinya apa..hehe
LikeLike
Hihihi.. Iya mba Fanny. Tapi awkward moment kayak gini helpful banget sebenarnya, terutama klo lagi marah atau sedih. Ingat2 ginian otomatis ngakak 🤭
LikeLike