Batal ke Australia dan Terjebak di Makassar Karena Wabah Covid-19

Gambar dari sini

Rencana perjalanan kami tahun 2020 ini akan memilih satu dari ketiga travel bucket list kami yaitu : winter trip (bermain salju), cruise trip (berlayar dengan kapal pesiar) atau naik balon udara (hot air ballon) yang ada di Myanmar atau di Turki. Setelah hitung-hitungan biaya dan penyesuaian waktu cuti suami, maka kamipun sepakat untuk winter trip di negara bagian selatan bumi sebab ini yang paling mendekati waktunya tanpa harus menunggu akhir tahun sebagaimana negara-negara di belahan bumi bagian utara.

Winter trip ini akan melengkapi daftar musim perjalanan kami yang sebelumnya telah merasakan sensasi musim semi, musim panas dan musim gugur yang semuanya tidak bisa didapatkan di negara tropis seperti Indonesia.

Setelah sepakat untuk winter trip, pertimbangan lainnya adalah harus dekat dengan Indonesia mengingat seluruh anggota keluarga sudah termasuk dalam kategori full payment untuk semua transportasi dan akomodasi. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap budget yang dimiliki. Dan akan sangat bagus jika negara yang dituju berada di benua yang belum pernah kami datangi sehingga tidak hanya melengkapi daftar musim perjalanan kami tapi juga menambah ceklis benua perjalanan kami.

Dengan berbagai pertimbangan tersebut, maka kami menjatuhkan pilihan pada Australia. Musim dingin di Australia berkebalikan dengan Eropa yaitu dimulai dari bulan Juni hingga Agustus sehingga sangat pas dengan keinginan kami yang ingin meraskan winter dalam waktu dekat tanpa harus menunggu akhir tahun. Kemudahan lainnya, visa Australia bisa diajukan secara online sehingga bisa memangkas biaya perjalanan untuk pengurusan visa di VFS.

Untuk Aussie Trip ini, rencananya kami akan mengunjungi Sydney, Melbourne dan Gold Coast. Menurut saya, ketiga kota tersebut sangat mewakili kebutuhan wisata keluarga kami. Sydney terkenal dengan kotanya di mana Opera House yang merupakan landmark Australia berdiri megah di sini. Nah ini sangat cocok untuk suami yang suka dengan perkotaan. Melbourne terkenal sebagai pusat seni dan budaya Australia. Museum, kafe, gerai dan butik dapat dijangkau dengan tram yang merupakan ikon kota Melbourne karena tram hanya bisa dijumpai di sini dari seluruh dataran Australia. Nah ini cocok sekali dengan Munda, apalagi di Melbourne ada teman baik yang bisa saya kunjungi. Sedangkan Gold Coast terkenal dengan pantai pasir putih dan theme park yang tentu sangat cocok untuk anak-anak.

Berhubung masih awal tahun, sayapun menyusun proposal perjalanan dan mulai gencar mencari tiket promo dengan keberangkatan dari Singapore. Saya mengincar SQ yang menduduki posisi kedua pesawat terbaik di dunia tahun 2019 versi skytrax. Posisi pertama diraih oleh Qatar Airways (QR). Namun karena kami sudah pernah terbang dengan QR saat ke Eropa, maka kali ini memilih Singapore Airlines (SQ).

Hampir tiap waktu saya mengecek email, kalau-kalau ada pemberitahuan dari berbagai mesin pencari tiket pesawat yang telah saya tandai sebelumnya dengan meninggalkan jejak sesuai dengan kriteria yang saya inginkan (range harga tiket, direct dan waktu keberangkatan serta kedatangan). Selama berminggu-minggu hasilnya nihil. Saya curiga, mungkin karena harga tiket yang saya masukkan irrasional untuk perjalanan lintas benua seperti ini dengan maskapai berkelas. Tapi saya selalu percaya sih bahwa ini bukan hal yang mustahil. Kalau rezeki ya insyaAllah akan dapat. Sabar, berdoa, pancing dengan sedekah dan terus berusaha mencari.

Memasuki pertengahan bulan Februari, saya akhirnya mendapatkan harga tiket yang sesuai, hanya saja dengan maskapai LCC seperti Air Asia dan Jet Star. Bukannya tidak mau, tapi kalau bisa dapat yang full service tentu akan lebih baik. Nah sambil menunggu promo tiket pesawat Singapore Airlines yang saya dambakan, saya juga mulai mengurus pengajuan visa online Australia di ImmiAccount yang isian formnya bejibun. Ngalah-ngalahin jumlah form visa Inggris! Karena itu sangat cocok dicicil-cicil seperti ini. Apalagi jika akan mengisi data untuk empat orang.

Meski belum mengantongi tiket pesawat tapi saya memberanikan diri untuk mengajukan visa online Australia. Saya mengisi data seperlunya dan mengosongkan yang belum ada seperti tiket pesawat. Dengan mencicil pengisian data seperti ini, akan memudahkan saya nantinya. Misalnya saat tiket pesawat telah ada, maka saya tinggal menambahkan isian form yang belum dilengkapi lalu meng-upload-nya. Beres.

Namun, rencana tinggal rencana. Sekitar awal Maret yang lalu kekompakan team kami diuji. Suami tiba-tiba mengubah prioritas karena satu dan lain hal, termasuk karena pandemi covid-19 yang melanda sejumlah negara di dunia, tak terkecuali di Australia. Diskusi alotpun tak terelakkan. Dan pada akhirnya, setelah berhari-hari, kami memutuskan untuk menunda perjalanan ke Australia.

Untuk refreshing, saya dan anak-anak berlibur ke Makassar. Mengunjungi nenek dan sekalian menengok rumah dan tanaman-tanamanku yang entah nasibnya bagaimana selama kutinggal 6 bulan yang lalu. Rencananya, sebelum puasa akan balik lagi ke Batam untuk selanjutnya mudik lebaran ke Makassar lagi bersama-sama suami.

Tapi lagi-lagi, rencana tinggal rencana. Dua hari sejak kedatanganku di Makassar, pemerintah mengumumkan munculnya kasus covid-19 di beberapa daerah Indonesia dan menghimbau masyarakat untuk melakukan social distancing sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran virus mematikan tersebut. Ini membuat saya terjebak karena tidak bisa kemana-mana.

Beberapa hari kemudian, Makassar dan Gowa juga ikut mengkonfirmasi sejumlah penderita positif covid-19 dimana salah seorang diantaranya telah meninggal dunia dan seorang lagi berada di dalam kompleks perumahanku namun di cluster yang berbeda. Pihak RW dan manajemen mengambil kebijakan untuk membatasi akses satu cluster tersebut. Tidak ada yang boleh keluar, dan tidak ada yang boleh masuk. Sebagai bentuk dukungan, kami yang berada di cluster lain bergotong royong untuk memenuhi kebutuhan warga di sana. Lalu hari ini, saya baru saja mendapat kabar bahwa tetangga persis di belakang rumahku, yang hanya dibatasi oleh satu dinding pemisah, adalah PDP covid-19. Meski masih PDP, tapi jujur saya merasa khawatir karena yang bersangkutan terlihat tidak menjalani prosedur karantina mandiri secara benar.

Dengan mewabahnya covid-19 ini, bukan hanya rencana traveling kami yang terancam batal tapi ramadhan juga terancam sepi. Sudah tiga minggu ini sholat jumat ditiadakan karena masjid-masjid ditutup untuk sementara. Sedih rasanya. Dampak lain dari wabah ini, banyak pula saudara-saudara kita yang perekonomiannya terguncang, terutama para pekerja informal. Ya Allah… Semoga wabah ini segera berlalu.

2 comments

  1. Waah, termasuk salah satu yang terpaksa sobek tiket ya Mbak. Semoga dunia segera membaik ya. Biar kita bisa lanjalan lagi.Hehehehe..

    Oiya, tentang winter trip. Apa nggak nanggung winter di Australia ya Mbak? Katanya nggak dapet winter yang full salju. Apa nggak mending digeser dikit ke New Zealand sekalian?

    Aku sendiri beberapa kali traveling, beberapa kali sengaja ngepasin spring dan autumn. Belum pernah summer karena males ngebayangin ramenya tempat tujuan dengan turis, dan menghindari winter, karena pasti pergerakan jadi terbatas, belum lagi harus nambah beli gear ini itu yang perlu duit lebih. Hahahah.
    Masih #teamautumn sampai sejauh ini.
    Always love autumn vibes.

    Like

    • Alhamdulillah tiketnya belum issued mas Bardiq 😁

      Sebenarnya aku juga tim atumn dan spring sih. Tapi berhubung belum pernah ngerasain winter, jadi pengen nyobain. Hihihi. Destinasi awal pengen ke Jepang aja main salju, tapi berubah ke Aussie (meski di sana, salju hanya ada di t4 tertentu) krn pengen nambah benua baru dlm list perjalanan kami.

      Geser destinasi ke bawah dikit sepetinya bisa dipertimbangkan. NZ keren pastinya. Pengen banget roadtrip naik campervan.

      Hahahaa.. Banyak banget yaa mauku 😂😂

      Like

Leave a reply to Akbar Siddiq Cancel reply