Pergi ke Bintan khususnya ke Kawasan Wisata Terpadu Lagoi adalah salah satu wishlist terbaru kami sejak tinggal di Batam. Alhamdulillah kesampaiannya ternyata lebih cepat dari yang dijadwalkan karena kantor suami akan melakukan kick off meeting di sana yang mengajak serta keluarga.
Sebagai pendatang baru, kesempatan ini tentu tidak kami lewatkan. Pikir saya, lumayanlah. Kami tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam sebagaimana jika kami solo traveling. Untuk seorang manajer keuangan di keluarga macam saya, ini adalah sebuah kesyukuran tersendiri pastinya. Sekali berangkat, bisa berwisata sekaligus berkenalan dengan rekan-rekan kerja suami dan IIKnya. Maklum, sekalipun saya memang belum pernah bertemu dengan IIK di sini karena tidak ada pertemuan bulanan untuk arisan ataupun sekadar kopdar.
Perjalanan ke Bintan dimulai dari Pelabuhan Telaga Punggur yang kami tempuh selama satu jam dari Tiban Center dengan mobil. Selanjutnya ke Tanjung Uban dengan speedboat selama 15 menit dan akhirnya sampai di Kawasan Terpadu Bintan Resorts Lagoi setelah berkendara satu setengah jam dengan bus.Perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan memang. Juga ada sedikit bagian menegangkannya ketika kapal cepat kami berkali-kali bertarung dengan ombak sore yang ganas. Melahirkan pekikan suara penumpang berjamaah, yang jika saya terjemahkan seperti rasa takut sekaligus bersemangat. Saya salah satunya. Setiap kali speedboat kami melompat lalu menghantam laut kuat-kuat karena baru saja bertabrakan dengan ombak, saya tak kuasa menahan jeritan. Terjadi begitu saja. Lalu kami akan saling menertawai. Ah… What a fun speedboat ride! Sangat berkesan buatku. Apalagi ini adalah pengalaman pertamaku naik speedboat yang cukup besar dengan kapasitas 40 orang penumpang.
Pengalaman di bus tidak kalah menariknya. Tanjung Uban – Bintan menyuguhkan pemandangan alam yang luar biasa. Rumah-rumah penduduk khas melayu, kampung demi kampung yang terbentang di sepanjang garis pantai. Kontur jalan yang berbukit-bukit dengan beberapa tikungan tajam membuat saya kagum dengan driver yang super gesit. Saat matahari akan terbenam, langit merah kekuningan menaungi perjalanan kami. Setia menemani hingga gelap malam menyapa.
Pos security dengan 4 orang penjaga menahan bis kami ketika akan memasuki pintu gerbang Kawasan Wisata Terpadu Bintan Resorts. Berhubung saya duduk di kursi barisan depan jadi cukup jelas mendengar percakapan antara pak sopir dan pak security. Pertanyaan standar seperti mau kemana? Dari mana? Dalam rangka apa? Lepas dari sini, maka secara resmi kita telah berada di dalam kawasan Bintan Resorts. Suasananya sangat berbeda. Seperti kota sendiri di negara bagian. Rasanya sedang berada di BTDC Nusa Dua Bali di mana resort-resort mewah bertebaran. Sekaligus membuat saya merasa berada di Kuala Kencana Timika karena hutan lebat di kiri kanan mengapit sepanjang jalan. Sign board dan rambu lalu lintas semuanya berbahasa Inggris. Beberapa aksara China dan Korea juga ikut meramaikan, terutama di area Laguna Golf.
Kami akhirnya tiba juga di hotel. Lokasinya persis di tepi pantai. Suara ombak silih berganti, pecah di bibir pantai. Lampu-lampu temaram menuntun ke sana, diantara setapak jalan beralas semen yang meliuk indah membelah taman rumput yang hijau. Sangat romantis untuk menikmati malam bersama purnama. Meski demikian, hasrat untuk meluruskan badan di kasur lebih besar. Karena itu alih-alih menuju pantai, kami lebih memilih ke kamar saja. Mandi, sholat, makan lalu tidur.
Selepas subuh, tak kuasa saya menahan diri ke pantai. Saya sudah lupa kapan terakhir kali menikmati sunrise. Kapan terakhir kali berendam di air laut. Kapan terakhir kali bermain buih ombak. Dan kapan terakhir kali membuat istana pasir. Rindu itu tiba-tiba saja hadir.
Anak-anak masih tidur lelap. Begitupun dengan suami yang setelah sholat membenamkan diri lagi ke dalam selimut. Hanya hitungan sekian menit, dengkuran halus sudah terdengar. Rasanya tak tega membangunkan mereka untuk mengikuti rencanaku. Apalagi pagi nanti suami ada meeting. Karena itu aku pun pergi sendiri.
Dari kamar kami, pantai sebenarnya bisa terlihat. Tapi melihat dari jauh tentu rasanya berbeda jika berada langsung di sana. Dengan pelan kulangkahkan kaki tanpa suara. Menuruni beberapa anak tangga hingga mencapai taman. Dari sana tinggal mengikuti jalan setapak semen. Suasana sekitar masih tampak sepi. Hanya ada empat orang yang juga menuju pantai. Seorang lelaki dan tiga perempuan berbikini yang masih muda. Salah satu diantara mereka membawa bucket berisi botol minuman. Dari wajah dan penampilannya, sangat jelas jika mereka warga asing. Kami berpapasan dan saling menyapa. Mereka bahkan mengajak saya bergabung tapi kutolak dengan sangat halus.
Tiba di pantai, kupeluk erat udara pagi itu. Kurebahkan tubuhku di atas pasir putih. Lalu Kubiarkan matahari menyinari wajahku dengan puas. Matahari yang baru saja muncul di kaki langit. Sinarnya hangat dan menenangkan. Dengan mata terpejam, ombak terdengar seperti alunan musik. Ah… Sudah lama sekali saya tidak merasakan atmosfer seperti ini. Diriku yang sering sekali menghabiskan masa lajangnya di pantai untuk sekadar menunggu matahari terbit. Maka saya pun bertekad untuk menuntaskan semua rindu itu.
Ketika saya kembali lagi ke kamar, kudapati suami dan anak-anak masih juga tertidur. Sepertinya mereka membayar lunas kelelahan perjalanan kemarin. Kulirik jam sudah pukul tujuh lewat. Kubangunkan suami dengan pelan agar ia punya waktu yang cukup untuk bersiap-siap sebelum meeting pagi dimulai. Tak berapa lama, anak-anak juga ikut terbangun. Merekapun mandi bersamaan.
Suami meninggalkan kamar lebih dahulu untuk sarapan di restoran dan selanjutnya mengikuti agenda kantor hingga selesai. Saya dan anak-anak menyusul untuk sarapan. Setelah itu kami berjalan-jalan ke sekitar hotel dan pantai.
Bermain air dan pasir kurasa tak ada anak yang akan menolaknya. Begitupun dengan Ochy yang Yui yang gembira luar biasa diajak main sepuasnya di pantai. Membuat istana pasir, kejar-kejaran ombak, berlarian, berendam hingga duduk santai menatap laut.
Pantai di kawasan Bintan Resorts sangat eksotik. Cantik luar biasa. Mungkin karena letaknya di kepulauan yang membentang di Laut Cina Selatan. Tidak hanya cantik, kebersihannya pun sangat terawat. Pasirnya putih dan secara rutin dibersihkan menggunakan mobil khusus.
***
Tulisan ini adalah awal kolaborasi saya bersama Asri Lestari ( http://www.asrilestari.com ) yang selanjutnya dapat dengan mudah diakses di #emakpejalan .
Mbak Asri adalah sosok emak yang luar biasa dan energik. Saya bahkan tidak mengenal kata menyerah darinya. Pertama kali mengenalnya saya begitu kagum. Apalagi tulisan-tulisannya sangat inspiratif.
Tema kolaborasi kami pekan ini adalah Pantai. Rencananya, kami akan menulis secara konsisten sekali seminggu untuk #emakpejalan dengan tema wisata yang berbeda.
bintan emang syurga kecil pariwisata setempat. banyak pantai dan tempat asyik buat rehat.
LikeLike
Bener bang. Untuk daerah Kepri, Bintan Ok lah ๐
LikeLike
MasyaAllah mba ai udah nyampe bintan aja, mumpung lg banyak diskon resort untuk WNI n pemegang KITAS yuk ksini lagi. Virus corona ada hikmahnya juga skrg byk resort yg semalamnya puluhan juta open for WNI dg diskon
LikeLike
Cantik ya pantainya. Putihnya pasir disini beda dengan pantai-pantai di Bali. Disini cenderung putih keabuan. Aku pertama lihat pasir warna begitu waktu ke pantai Elyora. Jadi Tambah pengen kesana ๐
Rencanaku ke Bintan masih gagal terus. Akhir tahun kemarin mau kesana di sambut hujan tak kunjung reda. Rencana sebelum puasa tahun ini pun nampaknya tertunda juga dengan semakin meluasnya virus covit-19.
LikeLike
Wah.. Aku malah belum pernah ke Elyora nih.
Ho oh virus corona makin menakutkan yaa. Serem jadinyaa
LikeLike
Deskripsinya sungguh membuatku ikutan rindu pantaiii :0
Kudu nabung ni biar sampai lagoi juga ๐
LikeLike
Yuukk tuntaskan rindunya ke pantai mbak ๐
LikeLike