Kampung Vietnam Pulau Galang : Rekam Jejak Manusia Perahu Korban Perang

Jika kembali mundur beberapa tahun silam, sejarah mencatat bahwa Indonesia dan Vietnam ternyata mempunyai hubungan yang sangat erat khususnya dalam hal kemanusiaan. Di Kepulauan Riau, tepatnya di Pulau Galang, ada sebuah daerah yang dulunya dijadikan sebagai pusat penampungan para korban perang Vietnam yang terpaksa melarikan diri dari negaranya akibat kekejaman komunis yang berkuasa pada saat itu.

Sejarah Kampung Vietnam

Kami bersyukur karena kunjungan kami ke Kampung Vietnam bertepatan dengan kunjungan rombongan petinggi BP Batam sehingga ketika di museum, kami ikut mendengarkan pemaparan sejarah Kampung Vietnam oleh petugas ahli. Di musem ini terdapat maket lengkap Kampung Vietnam dan foto-foto suasana pada saat itu serta barang-barang peninggalan mereka sehingga kami bisa ikut merasakan kehidupan para pengungsi Vietnam tersebut.

Penjelasan sejarah kampung Vietnam oleh petugas ahli
Maket kampung Vietnam. Tertata rapi dan sangat cantik ya.

Saya menyimak dengan khidmat pemaparan petugas tentang sejarah Kampung Vietnam ini. Hatiku begitu ngilu membayangkan perjuangan mereka hingga mendapat kehidupan yang layak di sini.

Proses pelarian masyarakat Vietnam dari negaranya begitu pilu. Dengan kondisi memprihatinkan, mereka berbondong-bondong meninggalkan tanah airnya. Ratusan orang berdesakan di atas kapal seadanya, melintasi laut cina selatan tanpa tujuan yang pasti. Dalam perjalanannya, banyak korban berjatuhan. Meninggal dunia karena sakit dan kelaparan. Jasadnyapun terpaksa dibuang ke laut karena dikhawatirkan mengundang virus dan penyakit berbahaya bagi yang lain.

Manusia Perahu, begitulah sebutan mereka. Terombamg ambing di lautan lepas. Panas dan badai mereka lalui selama berbulan-bulan hingga pada akhirnya mereka terdampar di beberapa daratan. Daratan Indonesia, khususnya Kepulauan Riau (Kepri) adalah salah satunya.

Pengungsi pertama yang mendarat di Indonesia yaitu di Pulau Laut (Kepulauan Natuna bagian utara), Kepri berjumlah 75 orang pada tanggal 22 Mei 1975. Pada awalnya arus pengungsi ini masih sedikit. Mereka ditampung oleh masyarakat setempat. Selanjutnya perahu-perahu pengungsi mendarat di beberapa pulau di Kepri yaitu di Kepulauan Natuna, Kepulauan Anambus dan Pulau Bintan.

Dengan meningkatnya jumlah pengungsi yang datang ke Kepri, Laksamana Pertama Kunto Wibisono selaku Panglima Daerah Laut dan Ketua Panitia Penanggulangan Pengungsi Vietnam (P3V) ditugaskan untuk mencari sebuah pulau guna menampung keseluruhan pengungsi secara terpusat.

Pengungsian besar-besaran ini menarik simpati dunia. PBB melalui UNHCR bekerjasama dengan Indonesia akhirnya menjadikan Pulau Galang, yang saat itu tak berpenghuni sebagai pusat penampungam sementara bagi lebih dari 250.000 pengungsi Vietnam. Pemusatan ini bertujuan untuk memudahkan pengawasan, penyaluran bantuan sekaligus untuk mencegah penyebaran penyakit kelamin Vietnam Rose yang kemungkinan diderita oleh pengungsi.

Berbagai sarana dan prasarana dibangun untuk menunjang kelangsungan hidup para pengungsi Vietnam tersebut. Barak pengungsian, akses jalan yang baik, rumah sakit, tempat ibadah, tempat hiburan, olahraga dan juga sekolah.

Sepanjang tahun 1979-1996, para pengungsi menghuni Pulau Galang sebelum akhirnya mereka kembali ke negaranya ataupun mendapat suaka dari negara-negara maju seperti Amerika, Perancis, Australia, Inggris, Argentina, Brazil dan Jepang.

Kampung Vietnam Kini

Sejak 1996 Kampung Vietnam dinyatakan sebagai wilayah konservasi yang keberadaannya tetap dilindungi oleh pemerinrah Indonesia. Lokasi ini bahkan terbuka bagi masyarakat umum dan kini dijadikan sebagai salah satu wisata di Batam. Pengunjung masih dapat menyaksikan beberapa monumen dan sisa peninggalan lain di eks pengungsian ini.

Saat baru memasuki kamp, kita akan disambut gapura dan pos penjagaan. Secara keseluruhan, pengelolaan wisata eks Kampung Vietnam terbilang apik. Kita diarahkan oleh petunjuk jalan sedemikian rupa agar bisa menyusuri lahan seluas 80 km persegi ini tanpa tersesat. Kita akan diarahkan ke semua tempat yang dulunya digunakan oleh para pengungsi. Beberapa bangunan tetap dipertahankan bentuk aslinya. Beberapa lagi direkonstruksi karena mengalami kerusakan parah.

Barak pengungsian
Youth center
Rumah sakit
Kuburan bagi kurang lebih 500 pengungsi yang wafat karena sakit, usia tua dan pembunuhan oleh kriminal
Replika perahu yang digunakan para pengungsi. Ochy ngambek ketika diajak turun dari perahu ini saking senangnya dia naik perahu
Museum

Suasana sekitar sejuk dan asri. Hutan di kiri kanan Monyet berkeliaran bebas saking asrinya tempat ini. Monyet-monyetnya pun jinak. Tidak seperti di Monkey Forrest Bali yang suka mengambil barang bawaan kita. Tapi kalau sudah sore apalagi malam, suasana di sini sepertinya spooky banget. Horor-horor gimana gitu ya. Hehehe.

Selain monyet yang dibiarkan bebas begitu saja, di sini juga ada kawanan rusa. Rusa-rusa ini ditempatkan dalam kandang raksasa dan kita bisa memberinya makan dengan membeli sayur kacang panjang seharga Rp 5.000/ikat.

Memberi makan rusa ternyata menjadi kegiatan yang sangat dinikmati Ochy dan Yui. Saya sampai harus membeli beberapa ikat sayur karena jika telah habis mereka berdua minta lagi. Alhamdulillah mereka sangat berani. Yui apalagi. Tangannya sampai dijilat-jilat oleh rusa. Dan ini menjadi pengalaman yang selalu ia ingat hingga hari ini. Di mobil, di rumah, di jalan, saat menelepon kakek dan neneknya, di manapun, ia akan menceritakannya dengan sangat antusias. Tawa kami akan pecah bersamaan saat Yui memperagakan bagaimana rusa menjilati tangannya diikuti kata “yeeikk” dengan mimik muka jijik.

Memberi makan rusa

Fasilitas Umum Kampung Vietnam

Karena telah dijadikan sebagai tempat wisata, maka fasilitas umum di tempat inipun telah disediakan seperti toilet dan warung makan. Lokasi warung makan adalah bekas markas satuan brimob yang dulu ditugaskan untuk menjaga keamanan di kampung Vietnam. Di bawah asrama ini ada penjara yang dulunya digunakan untuk menindak para pelaku kriminal di pengungsian ataupun pengungsi yang coba melarikan diri.

Eks markas brimob dan penjara yang sebagian bangunannya kini dialihfungsikan menjadi warung
Saung dan toilet umum ada di samping kiri kanan bangunan ini

Tindak kriminal seperti pemerkosaan, pencurian dan pembunuhan ternyata dulunya sering terjadi di kemp penungsian ini. Sebuah peristiwa tragis yang menimpa pengungsi perempuan bernama Tinh Han Loai, yang bunuh diri karena tak kuasa menahan malu akibat diperkosa beramai-ramai oleh sesama pengungsi bahkan menjadi latar belakang dibangunannya patung kemanusiaan (Taman Humanity) yang akan mengawali perjalanan kita menyusuri jejak-jejak kehidupan para pengungsi Vietnam.

Selain warung makan, juga disediakan saung dan beberapa kursi bagi pengunjung yang ingin beristirahat atau memakan bekal sendiri. Ada juga penjual eksrim keliling yang kadang mangkal di sini kalau pengunjung sedang ramai di museum P3V yang tepat berhadapan dengan lokasi bekas markas brimob yang kini telah dialihfungsikan menjadi rest area.

Lokasi, HTM dan Jam Operasional

Pulau Galang terletak sekitar 50 km dari Kota Batam melalui jembatan Barelang. Lokasi kampung Vietnam ada di Pulau Galang, sedikit terisolir namun rambu-rambu penunjuk jalannya jelas.

Untuk masuk ke kawasan wisata kampung vietnam, dikenakan biaya Rp 10.000/orang. Untuk anak-anak di bawah usia 3 tahun masih gratis. Biaya tersebut sudah termasuk uang parkir mobil. Sangat terjangkau bukan?! Dapat bonus pula pengalaman dan ilmu sejarah.

Wisata kampung Vietnam buka setiap hari yaitu senin-jum’at pada pukul 07.30-16.30 WIB dan pukul 07.30 – 17.30 WIB saat weekend dan hari libur nasional.

4 comments

  1. Klo diliat-liat lagi, kampung vietnam ini seperti one stop living pada jamannya ya. hehe.
    Adeknya eyangku ada yang dulu jadi dokter di rumah sakitnya kampung vietnam ini. Jd penasaran pngn dnger cerita langsung dari saksi mata.

    Like

    • Iya makgrin eh apa manggil biput nih. Hahaha. Alhamdulillah pas datang juga rombongan deputi BP Batam yang baru pertama kali ke sana, disiapkan guide khusus yang ahli banget dengan sejarahnya. Kami kecipratan deh infonya 😁

      Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s