Sebelumnya jika ada yang membaca blog ini dan menemukan tulisan tentang IIP (Institut Ibu Profesional), kalian pasti tahu bahwa saya sedang mengikuti kelas matrikulasi batch#5 yang di dalam prosesnya ada NHW atau nice home work yang harus diselesaikan.
Nah NHW#2 kali ini benar-benar bikin ketar ketir. Tidak sulit tapi lumayan bikin dag dig dug. Bagaimana tidak, harus melibatkan seluruh anggota keluarga untuk menyelesaikannya. Which means suami dan anak-anak saya ikut mengambil peran dalam proses belajar saya ini.
Sebelumnya mari kita simak dulu materi kedua matrikulasi batch#5 yaitu menjadi ibu profesional kebanggaan keluarga.
Apa Itu Ibu Profesional?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ibu memiliki makna :
Perempuan yang telah melahirkan seseorang
Sebutan untuk perempuan yang sudah bersuami
Panggilan yang takzim kepada perempuan baik yang sudah bersuami maupun tidak
Bagian yang pokok (besar, pokok, asal dan sebagainya) : jari
Yang utama dari beberapa hal lain ; yang terpenting : negeri, kota
Sedangkan kata profesional memiliki makna :
Bersangkutan dengan profesi
Memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya. Misalnya : ia seorang juru masak
Berdasarkan dua makna tersebut di atas maka ibu profesional adalah seorang perempuan yang :
Bangga akan profesinya sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya
Senantiasa memantaskan diri dengan berbagai ilmu agar bisa bersungguh-sungguh mengelola keluarga dan mendidik anaknya dengan kualitas yang sangat baik.
Apa Itu Komunitas Ibu Profesionalisme?
Adalah forum belajar bagi para perempuan yang senantiasa ingin meningkatkan kualitas dirinya sebagai seorang ibu, istri, dan individu.
Visi Komunitas Ibu Profesional
Menjadi komunitas pendidikan perempuan Indonesia yang unggul dan profesional sehingga bisa berkontribusi kepada negara ini dengan cara membangun peradaban bangsa dari internal keluarga.
Misi Komunitas Ibu Profesional
Meningkatkan kualitas ibu dalam mendidik anak-anaknya sehingga bisa menjadi guru utama dan pertama bagi anaknya
Meningkatkan kualitas ibu dalam mengelola rumah tangga dankeluarganya
Meningkatkan rasa percaya diri ibu dengan cara senantiasa berproses menemukan misi spesifik hidupnya di muka bumi ini sehingga ibu bisa produktif dengan bahagia tanpa harus meninggalkan anak dan keluarganya
Meningkatkan peran ibu menjadi “change agent” atau pembawa perubahan sehingga keberadaannya akan bermanfaat bagi banyak orang
Bagaimana Tahapan Menjadi Ibu Profesional?
Ada empat tahapan yang harus dilalui oleh ibu profesional di IIP yaitu
Bunda Sayang
Bunda Cekatan
Bunda Produktif
Bunda Sholehah
Well, kembali ke NHW#2 tentang checklist indikator profesionalisme perempuan sebagai individu, istri dan ibu agar menjadi ibu kebanggaan keluarga.
Honestly, sebagai individu banyak sekali hal yang ingin saya perbaiki dari diriku. Apalagi hubungan saya dengan Allah SWT. Masih jauh sekali dari kata sholehah. Terimakasih IIP karena telah membuat NHW super keren begini. Menjadi cermin untuk senantiasa memperbaiki diri.
Saya ibu rumah tangga dengan dua balita. Anak pertama saya laki-laki usia 3 tahun dan yang kedua perempuan usia 9 bulan. Saya berhasil juga menyelesaikan NHW#2 ini dengan penuh perjuangan khususnya pada bagian yang berhadapan dengan pasangan. Perjuangan untuk saling menahan tawa saat bertatapan serius. Entah mengapa hal ini selalu gagal. Setiap mata saling memandang, secara spontan kami berdua pasti tertawa.
Keluarga kami bisa dibilang termasuk tipe humoris sehingga mendiskusikan hal serius sekalipun bawaannya sangat santai bahkan cenderung bercanda. Maka pantaslah pak suami curiga ketika tiada hujan tiada angin, saya tiba-tiba menyerangnya dengan pertanyaan : hal-hal apa yang ia inginkan berubah dariku ataupun hal-hal yang harus saya lakukan agar ia bahagia memiliki istri sepertiku. Dan coba tebak reaksinya? Oh… Persis! Dia tertawa terbahak sambil menggodaku. “Ya sudah, Munda (sebutan sayang saya di rumah) mau beli tiket kemana lagi?” katanya menelisik curiga.
Saya mendesaknya lagi sambil jujur kalau saat ini saya mengikuti kelas matrikulasi IIP dengan harapan saya bisa menjadi ibu profesional kebanggan keluarga. Dalam proses belajarnya diwajibkan mengerjakan NHW yang salah satunya adalah yang saya tanyakan sekarang ini kepadanya.
Dan dasar man of surprise! Pak suami malah merangkul dengan penuh cinta sembari berbisik bahwa ia sudah sangat bahagia bersamaku. Ia sangat bangga memiliki istri sepertiku. Tidak ada yang perlu diperbaiki lagi dariku. Kalaupun ada yang harus dibenahi, biar kami bersama-sama menjalaninya. Tuh kan! dapat respon seperti ini, saya kan jadinya bingung mengisi NHW.
Syukurnya saya sudah berkenalan dengan ilmu sceptical thinking. Jadi saya tidak percaya begitu saja. Bukan karena pak suami tidak tulus menyampaikannya. Tapi saya rasa kekuranganku masih banyak sekali sebagai istri. Dan saya ingin mendengar langsung kekurangan-kekurangan itu darinya.
Saya singgung tentang kemauanku yang mungkin banyak sekali khususnya traveling. Mau keliling Indonesia dan dunia. Ya, saya ini memang travel addict tapi saya merasa sih selama ini tidak ada masalah karena suamipun punya passion yang sama di bidang ini. Kami traveling bersama-sama, sejak masih berdua sebagai pasutri baru hingga rempong bersama membawa toddler dan baby. Saya merasa so far kami bahagia saja menjalaninya. But who knows kan, kali aja pak suami menyimpan perasaan yang not so good as I felt.
Tapi usaha saya ternyata tidak berpengaruh apa-apa. Pak suami tetap lempem saja. Ya sudah, mungkin dia memang tidak banyak ekspektasi dariku atau karena memang rasa syukurnya yang tinggi untuk menerima semua kekuranganku dengan lapang.
Untuk anak-anak, sampai hari ini saya masih terus berproses bersama mereka. Menggali kejujuran mereka tentang hal yang mereka harapkan dari ibunya agar mereka selalu merasa bahagia dan bnagga memiliki ibu sepertiku. Khusus untuk Yui, karena memang dia belum bisa bicara maka saya menyimpulkannya sendiri. Lebih tepatnya menyusun challenge untuk saya menurut parameter saya sendiri.
Berikut hal-hal yang bisa saya tuliskan untuk memenuhi NHW#2 ini setelah berdiskusi dengan suami dan anak.
Indikator Profesionalisme Perempuan (saya) Sebagai Individu
Sholat wajib tepat waktu
Sholat dhuha sebelum jam 8 pagi
Sholat Tahajjud minimal tiga kali seminggu
Tidak tidur lagi setelah sholat subuh
Tilawah minimal 3 lembar per hari
Posting minimal satu tulisan di blog setiap minggu
Gadget free time pukul 18.00 – 21.00 setiap hari
Indikator Profesionalisme Perempuan (saya) Sebagai Istri
Memasakkan makanan yang sehat untuk keluarga
Membuatkan bekal suami ke kantor untuk snavk time
Menyambut suami pulang kerja dengan dandan rapi dan wangi. Soalnya selama ini sepertinya lebih sering memakai daster dan belum mandi. Hahaha
Melayani suami dengan penuh cinta. Sebab tak jarang saya tantrum duluan (kurang waras) jika sangat kerepotan sepanjang hari mengurus rumah dan anak-anak.
Indikator Profesionalisme Perempuan (saya) Sebagai Ibu
Membacakan surah-surah pendek setiap hari
Membacakan buku /story telling pagi dan malam
Menjauh dulu ketika sedang kesal dengan anak-anak untuk menghindari respon spontan yang negatif
MengASIhi Yui hingga usia 2 tahun
Mengajak anak-anak kegiatan di luar ketika weekend
Checklistnya sengaja tidak banyak-banyak. Saya mulai dari yang sederhana dulu sesuai dengan kapasitas saya. Karena yang sederhana sekalipun jika benar-benar diamalkan akan membawa perubahan yang besar.