Wisata Hits Bulukumba : Pantai Bara dan Cosmos Bungalows

Bulukumba adalah salah satu kabupaten yang terletak di ujung selatan Makassar. Jika dilihat di peta, posisinya tepat di kaki pulau Sulawesi.

Bulukumba sangat terkenal dengan keindahan pantai dan pasir putihnya. Sebut saja pantai Tanjung Bira yang pesonanya telah mendunia. Tapi kali ini saya akan berbagi cerita tentang saudara kembarnya yaitu pantai Bara yang saya kunjungi beberapa waktu lalu.

Menuju Pantai Bara

Ada banyak pilihan moda transportasi menuju Bulukumba dari kota Makassar. Bisa dengan menggunakan kendaraan umum : bus dan mobil plat kuning. Bisa juga dengan kendaraan pribadi baik motor ataupun mobil. Jalan beraspal mulus membuat perjalanan lintas kabupaten ini sangat menyenangkan. Pemandangan areal persawahan, gunung dan laut ikut menemani kita melintasi poros Gowa-Takalar-Jeneponto-Bantaeng. Dengan jarak yang kurang dari 200 km, waktu tempuhnya sekitar 4 jam saja. Sedangkan untuk ke pantai Bara masih membutuhkan waktu sekitar satu hingga satu setengah jam dari kota Bulukumba.

Jika berencana menggunakan angkutan umum, maka ada tiga opsi yang bisa dipilih. Masing-masing tentu ada plus dan minusnya. Opsi yang pertama adalah naik Bus tujuan Selayar seperti Mahkota dan Sumber Mas. Berangkatnya jam 09.00 pagi dari terminal Mallengkeri dengan tarif Rp 110.000 per orang sudah dapat kursi empuk dan AC. Setelah itu turunlah di pelabuhan Bira. Enaknya naik bus, karena biasanya on time sebab bus-bus ini mengejar jadwal kapal yang akan berangkat ke Pulau Selayar. Karena turunnya di Tanjung Bira maka harus naik angkot lagi ke pantai Bara. Angkot ini hanya sampai pukul empat sore. Lewat dari itu hanya bisa naik ojek saja.

Opsi yang kedua adalah naik mobil plat kuning. Mobilnya biasanya berupa Avanza, Kijang dan Phanter. Tarifnya tentu lebih murah dari Bus dengan kisaran harga Rp 50.000 – Rp 80.000. Sistemnya pakai tawar menawar. Jadi kalau dihantam harga ratusan ribu, gak usah panik. Biasanya para calo memang begitu. Apalagi kalau gelagat kita menunjukkan dari luar kota. Langsung saja tawar dengan harga terendah. Palingan nanti juga mentok di harga Rp 80.000. Selain tawar menawar, kekurangannya yang lain adalah harus rela menunggu lama sampai mobil terisi penuh. Karena mobil-mobil ini tidak akan berangkat jika belum penuh penumpang bahkan sampai overload. Kelebihannya, kita diantar sampai ke tujuan akhir.

Opsi yang terakhir adalah naik mobil travel. Jenis mobilnya elf sehingga cukup nyaman untuk perjalanan jauh begini. Salah satu yang paling terkenal adalah BMA dengan tarif Rp 120.000 per orang. Jam keberangkatannya juga banyak yaitu setiap dua jam sekali. Kekurangannya, perjalanan hanya sampai di perwakilan travel saja sehingga masih harus naik angkot atau ojek ke pantai Bara.

****

Trip saya kali ini sebenarnya adalah trip melepas lajang sahabatku, Aisda. Dua hari lagi dia akan menikah. Alih-alih merawat diri di salon dan klinik kecantikan, kami berdua justru “menggosongkan” diri di pantai. Hahahaha. Selain trip melepas lajang, perjalanan ini juga sekaligus family trip saya yang membawa serta bapak, mamak dan keponakanku selain anak-anakku sendiri. Aisda sudah sangat dekat dengan keluargaku sehingga berangkat ramai-ramai begini bukanlah masalah. Demikian pula sebaliknya. Bapak dan mamak sudah menganggap Aisda seperti anak sendiri, sehingga kehadirannya justru menjadi kebahagiaan di tengah-tengah kami.

Pagi itu kami meninggalkan rumah di Makassar pukul 08.00 lalu mampir di rest Area Bantaeng untuk makan siang sekaligus menjemput Aisda di kantornya yang baru beberapa bulan lalu mutasi ke Bantaeng. Rest Area yang kami pilih adalah Sasayya. Lokasinya tepat di sebelah kiri jalan poros. Tempatnya bagus dan harga makanannya juga so so. Di sini, kami makan, sholat dan bersantai hingga Aisda memberi kabar jika ia telah menyelesaikan pekerjaannya dan sudah siap dijemput.

Perjalanan kami lanjutkan ke Bulukumba. Beberapa kali mampir untuk membeli buah seperti semangka dan mangga yang banyak dijual di pinggir jalan. Tiba di Bulukumba, langsung menuju pantai Bara. Biaya masuknya Rp 15.000 per orang dan mobil dikenai biaya parkir Rp 10.000. Biaya-biaya ini dipungut di pintu masuk Pantai Tanjung Bira. Jadi meskipun tujuan kita ke pantai Bara, kita tetap harus membayar semua biaya itu karena masuknya juga dari gerbang tersebut.

Pantai Bara memang sedikit terisolir. Kita harus melewati hutan-hutan dengan jalan berbatu. Di bungalows tempat kami menginap yaitu Cosmos Bungalows sering terdengar suara-suara binatang seperti tokek, burung bahkan monyet. Bagi saya ini jauh lebih menyenangkan daripada dibisingi suara musik disco dan manusia. Hehehe.

Cosmos Bungalows

Pantai Bara dilihat dari Cosmos Bungalows sangat indah. Apalagi saya memang memesan kamar dengan sea view. Buka pintu dan jendela langsung disuguhi pantai. Saat matahari terbit dan terbenam bisa dilihat jelas dari sini. Tapi ya karena menghadap langsung ke pantai, jadi cahaya matahari benar-benar kerasa banget.

Kamar lainnya adalah garden view yang lebih luas dengan ekstra bed di lantai mezanin. Kamar ini ditempati bapak, mamak dan Faqih, keponakanku. Melihat tempat tidur di lantai mezanin tersebut, Ochy ternyata mau juga tidur di sana. Biar seperti di film-film katanya. Sudah sejak lama memang dia menginginkan kamar tidur di lantai setengah begitu. Tapi apa daya, uang buat renovasi rumah tidak pernah terkumpul. Lebih sering dipost-kan untuk biaya traveling. Apalagi kami juga belum tinggal menetap, jadi sayang saja sih jika sudah direnovasi bagus-bagus eh malah ditinggalkan kosong. Soalnya saya dan Kak Idu tipe orang yang gak suka rumah intinya di kontrak-in, padahal kami berdua hobinya ngontrak di kota orang. Huhuhu. Entahlah, kami selalu merasa was-was dengan calon penghuni yang belum tentu sebaik kami menjaga rumah. Kalau bikin rumah khusus untuk kontrakan sih ya mau-mau saja. Secara bisa jadi pasisive income itu! Hahaha. Alasaaan. Cari pembenaran banget sih buuuk.

Overall fasilitas, suasana, interior dan servis Cosmos Bungalows sangat baik. Hanya saja tidak dilengkapi dengan AC sehingga anak-anak merasa kepanasan terutama saat malam hari. Tapi menurutku ini sangat sesuai dengan tarif per malamnya yang cuma 300an ribu dan sudah termasuk sarapan. Atau bisa jadi juga karena konsep Bungalowsnya memang back to nature sih. Kamar mandinya bahkan hanya beratap langit. Jadi kalau mandi rasa-rasa gimanaaa gitu. Hehehe.

View dari restoran juga cakep. Gradasi warna laut yang biru-hijau bertabrakan langsung dengan pasir putih yang bersih. Sangat mempesona. Kita bisa menikmati sunset sambil minum jus atau makan aneka snack yang tersedia. Tapi keesokan harinya saat sarapan, entah mengapa lalat berkerubung banyak sekali membuat selera makan saya lenyap seketika. Lalatnya nakal sekali lagi! Hinggap di makanan tanpa permisi. Satu dua ekor sih ya masih maklum. Tapi kalau berkoloni begitu omaigat sumpah bikin mual.

Jadi, yang akan menginap di Cosmos Bungalows nih, please make sure that you got your breakfast at bedroom! Memang sih tidak ada layanan pengantaran makanan ke kamar. Tapi kamu bisa kok membawanya sendiri.

Well, semoga cerita perjalanan ini bermanfaat bagi yang ingin berkunjung ke pantai Bara. Happy weekend everybody!

4 comments

  1. Pantainya sepi ya mbak.. sepertinya cocok untuk menyendiri sama cari inspirasi…

    Okesipp makasih infonya mbak.. langsung masuk list.. 😁

    Like

Leave a comment