Perjalanan ke Giethoorn : Berawal dari Khalayan

Giethoorn, 17 Oktober 2017

Perjalanan ke Giethoorn ini bisa dibilang magical trip. Lho kok? Hehehe… jadi ceritanya begini. Bulan Maret yang lalu ketika dalam perjalanan pulang ke Makassar dari Jeddah, saya membaca majalah yang disediakan di pesawat. Ini adalah kebiasaan saya dan suami untuk membunuh waktu. Di salah satu artikel majalah tersebut membahas Desa Giethoorn di Belanda yang katanya bak di negeri dongeng. Tulisan tentang keindahan Giethoorn ternyata  tak terbantahkan saat suami memperlihatkan gambar-gambarnya di halaman berikutnya.
“Sayang lihat deh, pasti Munda suka ini.” Kata Kak Idu sambil menunjukkan saya gambar rumah beratap jerami dengan kanal di sekelilingnya. Pohon dan bunga merekah beragam warna dengan langit biru cerah yang terang. Ah indah sekali. Sepertinya foto-foto itu diambil saat musim semi.

Pikiran saya melayang jauh. Membawaku ke dalam majalah itu dan saya seolah hidup di sana, menikmati keindahan dan ketenangan Giethoorn. Suara Ochy yang minta susu segera menyadarkan saya kembali. Wajah bengong saya tertangkap basah Kak Idu dan ia menertawai saya habis-habisan. Sambil terkekeh, Kak Idu menggoda saya “Hmm.. Jangan-jangan Munda berkhayal lagi ini main di Giethoorn.” Dia sudah hafal betul kebiasaanku yang satu ini soalnya. Saya yang tidak punya pembelaan cuma bisa mencubit bahunya sambil tertawa malu-malu.

Giethoorn

Namun siapa sangka, tujuh bulan kemudian kami benar-benar berada di Giethoorn. Menikmati setiap jengkal kanalnya. Memandangi rumah-rumah warga yang unik, rumah tradisional Belanda dengan atap jerami di atas pulau gambut. Meresapi aroma sejuk udaranya, di bawah pohon-pohon maple yang berguguran. Apa yang bisa saya katakan? Jangan pernah remehkan khayalanmu!

Sejarah Giethoorn

Konon desa ini pertama kali dihuni pada tahun 1230 oleh sekelompok pelarian dari wilayah Mediterania. Pada saat mereka tiba di sana, desa ini dipenuhi tanduk kambing yang berserakan dalam jumlah sangat banyak sebagai sisa banjir besar St Elisabeth yang melanda daerah tersebut pada tahun 1170. Lalu mereka pun menamai desa ini dengan Geytenhorn yang berarti tanduk kambing (Geyten = kambing dan Hoorn = tanduk) . Tapi dengan perubahan dialeg selama bertahun-tahun, desa inipun lebih dikenal dengan sebutan Giethoorn.

Giethoorn

Bagaimana cara menuju Giethoorn?

Giethoorn berada di kotamadya Steenwijkerlaan provinsi Overijssel, berjarak sekitar 2.5 jam dari kota Amsterdam menggunakan transportasi umum : kereta dan bus. Begitu tiba di stasiun steenwijk kita melanjutkan perjalanan dengan bus no.70 agar bisa sampai ke desa Giethoorn. Jangan sampai ketinggalan bus ya karena bus berikutnya akan tiba 1 jam lagi.

Giethoorn bisa dijadikan sebagai one day trip jika memang tidak ada niat menginap di sana. Kalaupun ingin merasakan suasana Giethoorn seutuhnya, mungkin ada baiknya jika meluangkan satu dua malam di sini. Meskipun tidak ada hotel, karena memang dilarang untuk menjaga citra desanya, namun ada banyak guest house yang menawarkan konsep bed and breakfast. Pasti menyenangkan sekali ya menginap di desa tenang seperti Giethoorn ini.

Apa yang bisa dinikmati di Giethoorn?

Giethoorn adalah desa kecil yang tenang dan bebas polusi karena tidak ada kendaraan bermotor yang lalu lalang. Meski luas wilayahnya tidak seberapa, tapi ada banyak hal yang bisa kita lakukan di Giethoorn. Diantaranya :

1. Boat Tour yaitu menjelajahi Giethoorn dengan kanal-kanalnya yang khas. Boat tour ini bisa kita pilih memakai perahu besar seharga 7.5 € per orang dewasa dan stroller dikenakan cas 1 €. Ini sudah termasuk tour guide yang menjelaskan sejarah Giethoorn dan hal-hal menarik apa saja yang ada di Giethoorn. Tour guide ini adalah si driver sendiri. Di atas perahu ini juga tersedia meja dan kursi. Dinding kapal merupakan kombinasi kayu dan kaca yang bisa di buka layaknya jendela. Karena ini transportasi umum maka kita akan berbaur dengan turis lainnya. Sedangkan jika ingin lebih privat boleh menyewa satu perahu kecil (semacam long boat tanpa atap) yang bisa memuat hingga 7 orang peumpang. Hanya saja pastikan bahwa kamu bisa mengendarainya sendiri karena tidak ada drivernya.

Perahu besar dan perahu kecil
Perahu kecil

Kami sendiri mencoba boat tour di Giethoorn. Tapi sayang sekali, kami harus mengakhirinya pun masih di awal-awal perjalanan karena Yui menangis kencang sekali. Mungkin dia kedinginan karena rombongan turis asal Cina yang satu perahu dengan kami membuka jendela yang sekaligus dinding perahu karena ingin foto selfie dan merekam dengan video sehingga hawa dingin musim gugur yang begitu menusuk menyerbu ke dalam. Ketika kami menyampaikan niat ke driver untuk turun dari perahu, dia berkali-kali meyakinkan : “Apakah kalian serius? Kita bahkan baru saja memulainya. Sayang sekali karena kalian sudah bayar mahal-mahal. Anak kecil yang menangis itu biasa. Santai saja” Tapi kami tetap bersikukuh turun karena tidak enak dengan penumpang lainnya yang bisa saja terganggu dengan tangisan Yui.

Perahu besar yang kami tumpangi

Driver dan stroller adek di bagian depan

Begitu perahu menepi, si driver tersenyum pasrah lalu kami meminta maaf kepada penumpang lainnya dan segera turun mencari kursi atau apapun yang bisa di duduki untuk menyusui Yui dengan nyaman. Tapi kami tidak menemukan kursi ataupun taman terdekat. Syukurlah ada salah satu restoran tak jauh di depan kami. Di sana kami menghangatkan badan dengan coklat panas dan kentang goreng yang rasanya enak sekali.

2. Bersepeda adalah hal lain yang bisa dicoba untuk menjelajahi jalanan Giethoorn yang kecil. Kelebihannya karena bisa menjangkau hingga ke rumah-rumah warga bahkan bisa parkir di halamannya. Selain itu kita juga bisa berhenti sesuka hati di spot manapun yang kita inginkan. Tapi harga sepeda di sini cukup mahal yaitu 15 € untuk satu jam.

Sepeda yang disewakan
Breastfeeding everywhere

3. Walking Tour. Kalau kamu suka berjalan kaki, maka Giethoorn adalah tempat yang wajib kamu kunjungi karena setiap jengkal tanahnya begitu indah. Kita bisa dengan bebas melalui jembatan-jembatan kayunya yang bersejarah karena usianya telah ratusan tahun, menapaki padang rumputnya yang hijau atau bermain bersama hewan ternak warga di pekarangan rumahnya.

Giethoorn
Giethoorn
Jembatan kayu

Selain kanal dan rumah tradisional, kita juga bisa menikmati wisata museum, mencicipi aneka makanan khas Belanda di cafe dan restoran atau membeli cinderamata di toko souvenir.

9 comments

  1. Cantik sekali permandangannya ya, masyaallah. Mohon pertanyaan, berapakah kos perjalanan dari amsterdam ke giethoorn? Kerana kami akan pergi ke sana november nanti, insyaallah.

    Liked by 1 person

    • Halo Shazana. Terimakasih ya sudah mampir.

      Waktu kami ke Giethoorn, kami memulai perjalanan dengan kereta dari stasiun Sloterdijk (satu stasiun sebelum Amsterdam Centraal Station), biayanya €25 per orang dewasa. Anak2 kami krn masih 3 tahun dan bayi 5 bulan, jadi gratis. Kereta kami berhenti di stasiun Steenwijk (stasiun terakhir) lalu menggunakan bus no.70 ke desa Giethoorn. Perhatikan jadwal busnya ya, soalnya bus datang tiap 1 jam sekali. Biayanya 2€ per orang dewasa. Semoga membantu ya mbak 🙂

      Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s