Tips dan Trik Liburan Hemat ke Eropa

Eurotrip

Eropa disebut-sebut sebagai destinasi impian banyak orang, terumata bagi orang Asia seperti kami yang di negaranya hanya berlaku 2 musim saja, yaitu hujan dan kemarau. Merasakan musim gugur dan musim dingin tentunya dinanti-nanti karena tidak bisa merasakan sensasinya di negeri sendiri. Apalagi Eropa menyuguhkan keindahan bangunan bersejarah yang sudah beratus bahkan ada yang usianya telah ribuan tahun. Menjadi daya tarik tersendiri mengapa banyak orang ingin berkunjung ke Eropa. Belum lagi modernitas yang segala-galanya serba canggih, bisa kita nikmati di benua biru tersebut.
Alhamdulillah wa syukurillah, impian saya dan keluarga ke Eropa baru saja kami realisasikan dua hari yang lalu menyambangi beberapa negara di eropa barat, tengah dan timur.

Sebenarnya belum percaya seutuhnya bahwa kami baru saja menyelesaikan the top travel wish list kami mengingat Eropa bukanlah destinasi murah bagi orang berpenghasilan rupiah seperti kami. Apalagi ini berangkatnya sekeluarga pula, but it happened! so real and memorable. 😘😘

Ya, Eropa mungkin bukan destinasi yang murah tapi bukan berarti tidak bisa direncanakan dengan low budget seperti perjalanan kami. Lalu bagaimana ceritanya hingga akhirnya kami bisa menginjakkan kaki di benua eropa? Kunci utamanya adalah menabung, setidaknya untuk membeli tiket pesawat dulu. Berikutnya banyak-banyakin sedekah dan berdo’a serta menahan diri untuk tidak ke mall. InsyaAllah dimampukan.

Berikut tips dan trik yang kami praktekkan. Check them out!

1. Tiket Pesawat

Belilah tiket pesawat jauh-jauh hari sebelumnya. Tiket promo bisa didapatkan 6 bulan sampai 1 tahun sebelum keberangkatan. Saya sendiri membeli tiket promo 8 bulan sebelum keberangkatan yang saat itu mengandung Yui usia 7 bulan-an. Sebenarnya tiga bulan kemudianpun maaih hitungan promo dengan harha yang sama, tapi kalau memilih yang 3 bulan berarti Yui masih usia satu bulan dong jika ia lahir di bulan Mei seperti perkiraan. Gak mungkinlah saya membawa dia pergi jauh begitu. Masih sangat rentan. Yang paling masuk akal adalah ketika dia berusia 5 bulan ke atas. Maka kamipun memilih bulan Oktober saja yang bertepatan dengan musim gugur. Perjalanan di musim gugur adalah salah satu yang sudah lama saya impikan.

Oh iya, tentang membeli tiket untuk si jabang bayi, pastikan terlebih dahulu jenis kelaminnya melalui USG karena nama penumpang sama sekali tidak bisa diubah begitu tiket sudah issued. Sedangkan keterangan tanggal lahir dan lainnya masih bisa dimodifikasi. Seperti tanggal lahir Yui yang saya masukkan asal saja saat pembelian tiket tersebut. Soalnya gak tau Yui lahirnya kapan. Memasukkan HPL sekalipun tidak ada jaminan si anak bakal lahir sesuai perkiraan kan. Nah keuntungan lain membeli tiket jauh-jauh hari selain mendapat harga lebih murah adalah kita juga punya waktu untuk menabung biaya hidup yang akan dipakai selama di Eropa.

Maskapai penerbangan dari timur tengah biasanya paling sering melakukan promo seperti Emirates, Qatar Airways, Etihad, Turkish Airlines dan lain-lain karena menurut kabar yang beredar, mereka mendapat subsidi dari negara asal. Harga promonya bahkan bisa gila-gilaan seperti kami yang mendapat tiket Qatar Airways PP ke Amsterdam hanya 4,5 juta saja (yang dalam harga normal mencapai 8-12 juta) dengan keberangkatan dari Kuala Lumpur. Promo berangkat dari Jakarta juga ada sih tapi harganya 6 juta PP. Dihitung-hitung masih lebih murah berangkat dari Kuala Lumpur karena tiket Air Asia dari Makassar ke Kuala Lumpur hanya 500 ribuan saja.

Rajin-rajinlah mengecek skyscanner.com atau kayak.com untuk pencarian tiket promo. Kedua aplikasi itu menampilkan harga tiap hari mulai dari yang termurah hingga yang termahal. Asyiknya pula karena kita bisa memilih filter untuk menampilkan hasil pencarian berdasarkan jam keberangkatan atau kedatangan yang kita inginkan atau justru filter harga paling murah dalam satu bulan dan bisa menyimpan hasil pencarian tersebut dan mendapat notifikasi ketika harga tersebut menjadi lebih rendah dari hasil pencarian kita sebelumnya. Serunya lagi di kayak, kita bisa memilih penerbangan multi city, sehingga bisa lebih hemat waktu dan biaya. Jadi misalnya masuk ke Eropa lewat Amsterdam, lalu pulangnya lewat Barcelona dan kota-kota lainnya.

Harga termurah biasanya didapat dengan keberangkatan dari Kuala Lumpur atau Singapore. Jika tinggal di daerah Indonesia Tengah dan Timur, keberangkatan dari Kuala Lumpur adalah yang terbaik meski tidak menutup kemungkinan juga bahwa tiket pesawat ke Singapore lebih murah daripada ke Kuala Lumpur. Intinya, rajin-rajin mengecek dan membandingkan. Saya rasa kalau urusan membanding-bandingkan harga, emak-emak pasti ahlinya 😅

2. Itinerary

Itinerary atau jadwal perjalanan sangat mempengaruhi biaya yang kita butuhkan. Karena itu sejak awal sebaiknya sudah menentukan akan kemana saja selama di Eropa. Tinggal di satu negara saja tentu akan jauh lebih hemat daripada mengunjungi banyak negara sekaligus. Tapi rasanya sayang sekali jika sudah di Eropa dan tidak ke negara tetangga. Padahal kita  punya jatah 29 negara yang bebas dikunjungi ketika sudah memegang visa schengen.

Itinerary ke Eropa ini bisa saja berbeda antara orang yang satu dengan yang lainnya karena setiap orang memiliki deatinasi impian masing-masing. Ada orang yang berjuang habis-habisan demi kesampaian ke Paris sedangkan kami sendiri lebih tertarik ke Austria. Menyusun itinerary di awal ini juga sangat penting mengingat banyaknya negara di Eropa yang terbenatang dari barat ke timur yang kadang membuat nafsu kita ingin mengunjunginya semua namun tidak sadar akan keterbatasan waktu dan biaya yang kita punya.

Adapun itinerary kami selama perjalanan 16 hari di Eropa mengunjungi Belanda dan Belgia di Eropa barat, Republik Ceko dan Slovakia di Eropa timur serta Austria dan Jerman di Eropa tengah adalah sebagai berikut : Amsterdam – Giethoorn – Brussels – Prague – Bratislava – Vienna – Obertraun – Hallstatt – Munich – Amsterdam.

3. Akomodasi

Salah satu pengeluaran terbesar dalam setiap perjalanan adalah penginapan. Meski ini sebenarnya bisa disiasati dengan menginap gratis melalui akun couchsurfing. Tapi saya kurang sreg menginap di tempat orang yang baru saya kenal apalagi bawa pasukan lengkap begini 😅. Karena itu saya memilih hotel dan apartemen yang menyediakan fasilitas dapur dan mesin cuci sehingga bisa menghemat pengeluaran untuk makan dan laundry. Selain poin tersebut, yang paling penting dalam pemesanan akomodasi adalah lokasinya yang dekat dengan stasiun sehingga memudahkan kemana-mana.

Aplikasi andalan saya saat memesan hotel adalah booking.com dan agoda sedangkan untuk apartemen saya memesannya melalui airbnb. Pastikan pula sudah mengecek harganya langsung di website hotel tersebut karena kadang harga termurah justru didapat dari sana.

Seperti halnya tiket pesawat, pemesanan penginapan ini harus jauh-jauh hari sebelumnya jika menginginkan harga lebih murah. Biasanya tiga bulan sebelum keberangkatan, kita sudah bisa memesannya. Mau diskon saat melakukan pemesanan di booking.com? masukkan saja kode ini : booking.com/s/suarni51 untuk mendapatkan potongan harga sebesar US $ 15. Lumayaaaan kan? Kurang baik apa coba saya ini? Hihihi.

Berikut akomidasi kami selama di Eropa yaitu :

  1. Hotel Meininger Amsterdam yang hanya sepelemparan batu dari stasiun Sloterdijk.
  2. Hotel Euro Capital Brussels yang cuma 2 menit jalan kaki dari stasiun Bruxelles-Midi
  3. Penzion V Maštali, Praha. Karena kami tiba malam dari Brussels, kami memilih penginapan yang dekat dari bandara. Tapi sayangnya, menuju ke hotel ini hanya bisa dengan taxi saja. Harganya 10 €. Meski sebenarnya bisa dibayar dengan mata uang Koruna yang kenanya lebih murah, tapi kami belum sempat menukar uang sehingga membayarnya dalam mata uang Euro. Asyiknya di hotel ini, ada playground untuk anak-anak.
  4. Apartemen Golden Spring yang hanya 10 meter dari stasiun bus Černínova Praha.
  5. Patio Hostel. Ini sebenarnya sebuah kesalahan. Ketika memesan ini sebenarnya untuk keperluan saat pengajuan visa dulu. Tapi saya lupa membatalkannya hingga hari kedatangan di Bratislava. Tempatnya agak jauh berjalan kaki dari stasiun utama, apalagi saat itu sedang hujan deras dan kami membawa satu koper besar, ransel, stroller dan anak-anak. Rasanya tidak cocok naik metro yang berhentinya hanya satu menit saja menurun-naikkan penumpang sehingga kami memutuskan naik uber saja seharga 4 € di aplikasi. Tapi ternyata kalau naik uber, hitungannya masuk jarak dekat sehingga dikenakan biaya minimum yang totalnya 10 €. Gak papalah daripada dingin-dinginan di stasiun. Mana stasiunnya sudah tua dan bau pesing dimana-mana. (sumpah, ini stasiun paling gak banget yang saya temukan di Eropa. Padahal stasiun utama). Pas sudah pesan uber, ternyata disuruh jalan kaki keluar stasiun agak jauh karena tempat parkir uber letaknya agak ke depan. Kamipun membatalkannya saja dan memilih naik taxi konvensional yang mangkal tepat di depan kami. Deal-dealan dari harga awal 15 €, berakhir di harga 9€. Pas kita turun malah disuruh bayar 13 € karena peraturan taxi di Bratislava mengenakan cas 2 € setiap barang yang dibawa. Untung strollernya gak dikenakan cas. Cuma koper dan ransel saja. Dan syukurnya pula harga kamar yang saya pesan cuma 41 € saja (sekitar 600 ribuan). Masih jauh di bawah standar kami yang mematok biaya penginapan tidak lebih dari 100 € per malamnya.
  6. Meininger Wien yang hanya 8 menit dari staiun utama Wien Hauptbahnhof dan cuma 2 menit dari stasiun metro. Pokoknya hotel Meininger ini favorit banget deh. Baik yang di Amsterdam maupun yang di Wien/Vienna ini.
  7. B&B Seehotel Am Hallstättersee. Sebenarnya pengen menginap di Hallstatt, tapi harga penginapan di sana bikin sakit kepala. Puyeng dengan harga permalamnya. Padahak kami berencana menghabiskan tiga hari  di sini. Akhirnya diputuskanlah menginap di desa seberang, Obertraun. Di sini masih jauh lebih murah. Tapi semurah-murahnya, tetap saja bikin dompet menangis 😂. Tapi sepadanlah dengan view dan suasananya. Menginap di sini benar-benar berasa seperti luxury traveler. Gak papalah ya sekali-sekali, ini juga untuk mengajarkan anak-anak bahwa terkadang kita perlu menikmati hidup. Soalnya selama ini kita ngetrip biasanya ala backpacker gitu 😂
  8. Euro Youth Hotel Munich. Dibilang hotel, kayaknya gak pas. Tapi dibilang hostel juga gak cocok. Whateverlah ya asal bisa tidur dengan nyenyak. Hehehe. Lokasinya top banget karena sangat dekat dengan stasiun utama Munchen dan juga sangat dekat ke daerah oldtown (ditempuh hanya dengan berjalan kaki saja).
  9. Bastion Hotel Schipol. Karena kami tiba malam dari Munchen dan besok siang sudah harus meninggakan Eropa, terbang kembali ke tanah air, kamipun memilih menginap di daerah bandara Schipol Amsterdam. Enaknya nginap di sini karena ada free shuttle bus dari dan ke bandara sehingga menghemat biaya taxi yang mencapai 15 €.

4. Transportasi

Karena kami travel like a local jadi kemana-mana memakai transportasi umum : kereta, bus dan metro. Kalaupun ada yang harus naik taxi itu karena memang menuju ke tempat tersebut hanya bisa dijangkau dengan taxi seperti saat kami menuju hotel di dekat bandara Praha dan saat terjebak hujan deras di Bratislava.

Sebelum ke Eropa saya sudah memperkirakan besaran biaya tranaportasi yang saya akses melalui aplikasi rome2rio dan website seat61. Melalui aplikasi ini, akan nampak berapa biaya kereta, tram, bus ataupun pesawat antar daerah di Eropa. Itulah mengapa saya katakan sebelumnya bahwa penyusunan itinerary itu penting di awal sehingga memudahkan kita menentukan besaran biaya transportasi. Biaya ini bahkan bisa lebih murah jika dibooking jauh-jauh hari sebelumnya. Tiga bulan sebelum keberangkatan, bisanya sudah bisa dibuking. Jika berangkat tanpa bayi, akan lebih hemat lagi menggunakan megabus dan flixbus. Saking murahnya, jangan heran jika menemukan harga 1 € saja dari Amsterdam ke Paris. Tidak usah khawatir kelamaan di bus untuk jarak jauh antar negara karena bus-bus di Eropa itu keren : ada monitor lcdnya, free wifi, soket colokan, gantungan jaket, tempat koper, tempat tas. Pokoknya busnya mewaaahhh. Sayangnya bagi yang membawa bayi dan toddler harus menyiapkan car seat sendiri untuk alasan keselamatan.

5. Biaya Makan

Biaya ini mungkin bisa saya tekan karena saya rajin masak 😁. Jadi cukup membeli beras dan ikan kaleng di supermarket lokal saja kalau perbekalan saya dari Indonesia sudah habis. Jatuh-jatuhnya sangat hemaaaatttt dibandingkan biaya makan di luar yang bisa menghabiskan 7€ -15 € per orang sekali makan. Kalau masak sendiri, 10 € itu cukup buat berempat dan bisa dimakan seharian sampai malam. Selain lebih hemat, kehalalannya juga lebih terjamin.

Kami makan diluar kalau memang terpaksa seperti ketika kami di Giethoorn, baby Yui nangis kencang sekali dan saya tidak menemukan kursi terdekat untuk menyusuinya. Belum udara dingin yang begitu menusuk. Tangisan Yui terdengar lebih kencang karena di Giethoorn sangat tenang, sehingga kami menjadi pusat perhatian orang. Syukurnya beberapa meter di depan kami ada restoran. Di sana saya bisa menyusui Yui dengan nyaman ditemani kentang goreng dan hot chocolate. Rasanya enaaaak sekali dan harganya juga tidak bikin bokek.

Ok deh kayaknya tulisannya sudah panjang banget ini. Tulisan eurotrip berikutnya, doakan semoga bisa segera diselesaikan ya. Sebagai gambaran eurotrip kami, foto-foto berikut ini mungkin bisa mewakili :

Gimana mak emak, sudah siap menyusun rencana liburan ke Eropa? Semoga informasinya bermanfaat ya. 😘😘😘

2 comments

Leave a comment